-->

Standar Kompetensi Animasi

Apa sebenarnya makna istilah di atas? Saat saya terjun ke dunia produksi periklanan dengan media CG (computer graphic) animasi di tahun 1996, istilah ini belum menjadi pertimbangan baku bagi seseorang atau perusahaan yang menjalaninya. Karena era tersebut merupakan era penjajakan suatu pola kreatifitas dan produksi ke arah new media bernama Computer Graphic Imagery (CGI). Semua level yang terlibat mencoba menjadikan peluang ini sebagai bahan promosi di dunia periklanan TV kita.

Era 2000, merupakan era pembentukan, dimana CG animasi sudah terbentuk menjadi suatu komoditas promosi baru yang menjanjikan. Walaupun saat itu komoditas tersebut masih didominasi oleh produk anak-anak. Image ini masih melekat di benak sebagian besar klien dan agency.

Tren new media di Indonesia, tidak bisa dipungkiri masih berkiblat pada Barat, yang saat ini sudah memasuki era kolaborasi. CG animasi sudah menyatu dengan live action. Contoh penerapan pola ini dapat dilihat pada iklan Levi's yang sempat ditayangkan di sini. Di dalamnya diceritakan 2 orang berlari menambrak tembok dan menaiki batang pohon. Aplikasi pada layar lebar jauh lebih dahsyat, terlihat dalam film terakhir Star Wars.

Apakah era ini akan sampai ke Indonesia? Pasti! Lalu, bagaimana kesiapan pixel artist dan perusahaan yang menangani aplikasi ini? Di sinilah diperlukan Standard Kompetensi, yang merupakan suatu pegangan untuk mengukur level kita di dalam berprofesi dan berbisnis.

AINAKI sebagai asosiasi yang menaungi dunia animasi dan konten Indonesia, bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional telah merampungkan Standar Kompetensi Profesi yang dapat menjadi tolak ukur profesi pixel artist. Sisi Artistik, Teknikal, dan Organisasi menjadi wajib dimiliki agar seseorang pixel artist bisa bertahan dalam profesi ini. Dalam waktu dekat, format ini akan dipublikasikan agar dapat dikritisi para pemerhati dan pekerja di dunia animasi kita.
Intinya, untuk dapat berhasil dan bertahan di dunia PH dan Post pembuatan TVC, terdapat beberapa pegangan umum, yaitu:

1. Mampu membaca dan mengadaptasi storyboard ke dalam pipeline kerja
Bagian ini masih menjadi kelemahan pixel artist muda kita. Mereka mengerti gambarnya, tapi belum tahu tahapan apa dulu yang harus dilakukan, sehingga terjadi kerja overtime dan kesemrawutan.

2. Mampu berkomunikasi dengan baik
Pixel artist harus mampu berkomunikasi dua arah dengan produser & klien. Dari situ kita akan tahu maunya mereka, sebaliknya mereka juga akan tahu gimana baiknya eksekusi animasi terhadap iklan mereka. Jadi, pixel artist sendiri harus bisa menjelaskan supaya ketemu jalan tengah.

3. Mampu menangani semua lini produksi ini
merupakan efisiensi produksi di sebuah perusahaan. Orang yang efisien selalu dicari. Spesialisasi memang perlu, tapi efisiensi jauh lebih diperlukan.

4. Mampu berpikir taktis di dalam pipeline kerja
Bila kita melihat bagian per bagian dalam suatu adegan, akan terlihat rumitnya produksi. Tetapi bila kita melihat intisari setiap adegan (cut), maka akan terlihat porsi setiap element. Dari situ akan keluar gagasan, mana yang akan didetailkan, mana yang tidak perlu. Sehingga tenggat dapat dipenuhi.

5. Mampu menyerap tehnologi dengan cepat.
Implementasi ide saat ini erat kaitannya dengan penguasaan teknologi. Semakin sigap kita dalam menyikapi kemajuan teknologi, semakin efisien dan maksimal kualitas yang akan dihasilkan. Tanpa itu semua, sulit rasanya bertahan di bisnis production house.***